Masalah tidur merupakan hal yang sering dialami oleh banyak orang, salah satunya adalah late insomnia. Late insomnia merupakan kondisi di mana seseorang terbangun lebih awal dari waktu yang diinginkan dan tidak dapat kembali tidur. Menurut Dr. Meredith Broderick, seorang ahli saraf tidur, late insomnia terjadi ketika seseorang spontan terbangun 1,5 hingga 2 jam lebih awal dari waktu yang dijadwalkan, dan jika terjadi tidak kurang dari tiga kali seminggu selama tiga bulan, maka dianggap sebagai late insomnia.
Late insomnia bisa dialami oleh siapa pun, namun lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia. Perubahan ritme sirkadian seiring bertambahnya usia dapat memengaruhi tidur seseorang, membuat mereka lebih rentan mengalami late insomnia. Selain itu, perimenopause dan menopause juga dapat menyebabkan gangguan tidur, termasuk late insomnia, terutama pada wanita. Menurut ahli tidur, late insomnia juga bisa menjadi gejala depresi dan dapat dipicu oleh konsumsi alkohol.
Dampak dari late insomnia tidak hanya berhenti pada rasa kantuk di siang hari, namun juga dapat mengganggu fungsi kognitif, suasana hati, dan bahkan meningkatkan risiko penyakit fisik. Untuk mengatasi late insomnia, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mengidentifikasi penyebabnya melalui konsultasi dengan dokter spesialis tidur. Selain itu, menjaga gaya hidup yang sehat, menciptakan rutinitas tidur yang baik, dan mengelola stres dan kecemasan juga dapat membantu mengatasi late insomnia.
Jadi, late insomnia memang bisa mengganggu kualitas tidur dan kesehatan secara keseluruhan. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, kondisi ini dapat diatasi dan kualitas tidur dapat ditingkatkan untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.