Matcha, teh hijau bubuk asal Jepang yang kini menjadi populer di seluruh dunia, sedang menjadi perbincangan di media sosial. Beberapa warganet mengklaim bahwa minum matcha bisa menyebabkan anemia karena menghambat penyerapan zat besi. Namun, seberapa besar pengaruhnya?
Matcha adalah bubuk teh hijau yang terbuat dari daun teh berkualitas tinggi dan ditumbuk halus. Berbeda dengan teh biasa yang hanya diseduh, matcha dikonsumsi bersama dengan seluruh bubuk daun teh, sehingga kandungan zat aktifnya lebih terkonsentrasi. Matcha kaya antioksidan, memiliki kandungan kafein yang lebih ringan dari kopi, serta mengandung L-theanine yang memberikan efek tenang dan fokus. Tetapi, matcha juga mengandung tanin tinggi, senyawa polifenol yang dapat mengikat zat besi di saluran pencernaan sehingga menyulitkan tubuh untuk menyerapnya.
Penelitian menunjukkan bahwa satu porsi teh hijau saja dapat mengurangi penyerapan zat besi non-heme sebanyak 60-90 persen. Karena matcha lebih pekat daripada teh hijau biasa, efeknya berpotensi lebih besar jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan kaya zat besi nabati. Namun, menurut ahli gizi, matcha sendiri tidak menyebabkan anemia defisiensi besi secara langsung. Walaupun begitu, kemampuannya dalam menghambat penyerapan zat besi akan lebih terasa jika diminum bersamaan dengan makanan kaya zat besi nabati.
Bagi kebanyakan orang sehat, efek ini tidak menimbulkan risiko signifikan. Namun, ada kelompok tertentu yang perlu lebih berhati-hati saat mengonsumsi matcha, seperti ibu hamil, wanita menyusui, wanita dengan menstruasi berat, vegetarian atau vegan, dan penderita gangguan pencernaan. Untuk mengurangi risiko penurunan penyerapan zat besi akibat matcha, beberapa langkah yang dapat diambil adalah mengatur waktu konsumsi, batasi porsi, kombinasikan dengan sumber vitamin C, dan perhatikan total asupan kafein harian. Dengan langkah-langkah tersebut, Anda dapat menikmati matcha dengan aman tanpa khawatir tentang penyerapan zat besi yang terganggu.
