Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling umum di kalangan wanita dan sering kali menjadi penyebab utama kematian akibat kanker. Metode pengobatan yang umum digunakan, seperti kemoterapi, sering kali menghadapi kendala karena tingkat penyembuhan yang tidak optimal dan resiko resistensi obat. Hal ini dikarenakan tingginya metabolisme sel kanker yang menyebabkan peningkatan enzim Glutathione S-Transferase (GST), menurut laman Universitas Gadjah Mada.
Para ilmuwan terus mengembangkan langkah-langkah pencegahan terbaru seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi medis untuk mengantisipasi bahaya kanker payudara. Salah satu terobosan terbaru dalam pencegahan kanker payudara adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Cancer Research UK Scotland Institute, yang berhasil menemukan cara untuk menghentikan penyebaran kanker payudara ke bagian lain tubuh sejak tahap awal penyakit. Temuan ini membuka peluang baru untuk intervensi dini yang lebih efektif dalam pengobatan kanker payudara.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kanker dapat mengubah metabolisme tubuh dengan memengaruhi jenis sel imun tertentu dan memicu pelepasan metabolit penting yang disebut urasil. Para ilmuwan berhasil menghentikan pembentukan urasil tersebut pada tikus percobaan dengan memblokir enzim uridin fosforilase-1 (UPP1), yang kemudian berperan dalam proses tersebut. Langkah ini berhasil mengembalikan fungsi sistem imun untuk melawan sel kanker sekunder dan mencegah penyebaran kanker atau metastasis.
Temuan ini membuka peluang bagi pengembangan alat deteksi dini dan terapi baru yang efektif dalam mencegah penyebaran kanker payudara. Para peneliti juga menyoroti pentingnya penelitian lanjutan untuk mengembangkan temuan ini menjadi obat yang mampu menghentikan penyebaran kanker payudara sekunder. Gejala awal kanker payudara biasanya meliputi benjolan di payudara atau ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, serta keluarnya cairan dari puting susu. Meskipun pemeriksaan payudara secara rutin dianjurkan, data menunjukkan bahwa banyak wanita belum melakukan pemeriksaan mandiri secara berkala.