BRICS Named Heir to Bandung Spirit: What it Means

Pada pertemuan pertama KTT BRICS ke-17 di Museum of Modern Art (MAM) di Rio de Janeiro, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menyatakan bahwa blok BRICS mewakili semangat Konferensi Asia-Afrika sejarah—lebih dikenal sebagai Konferensi Bandung—yang menentang dominasi oleh kekuatan utama dunia. Presiden Indonesia Prabowo Subianto turut hadir dalam pertemuan tersebut, menandai partisipasi Indonesia sebagai anggota penuh BRICS. Lula menyampaikan bahwa BRICS adalah manifestasi Gerakan Non-Blok Bandung, membawa semangat Bandung.

Dalam pidatonya, Lula juga menyoroti krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dihadapi multilateralisme di seluruh dunia. Dia mengamati bahwa meskipun PBB telah berusia 80 tahun pada 26 Juni lalu, kita menyaksikan keruntuhan multilateralisme dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lula mengingatkan bahwa berdirinya PBB melambangkan kekalahan fasisme dan menjadi mercu suar kolektif harapan bagi umat manusia. Dia juga mencatat bahwa sebagian besar anggota BRICS saat ini termasuk di antara perintis perjanjian Piagam PBB.

“Sepuluh tahun setelah berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa, Konferensi Bandung menolak pembagian dunia menjadi wilayah pengaruh dan mendukung tatanan internasional multipolar,” ujarnya. Lula menegaskan bahwa BRICS mewarisi Gerakan Non-Blok dalam lanskap global kontemporer.

Indonesia telah menjadi anggota penuh BRICS sejak 1 Januari 2025. KTT ini menjadi forum bagi pemimpin BRICS untuk membahas berbagai tantangan politik dan keamanan, termasuk konflik yang berkepanjangan di berbagai wilayah, reformasi institusi tata kelola global, dan penguatan kerjasama multilateral. Selain itu, para pemimpin diharapkan membahas isu-isu ekonomi dan keuangan yang mendesak, peluang kerjasama dalam sektor-sektor baru seperti tata kelola kecerdasan buatan, tindakan iklim dan perlindungan lingkungan, serta kesehatan global.

Source link