Kesepian Sebagai Masalah Global: Studi 8 Negara

Kesepian bukanlah sekadar perasaan personal, tetapi juga merupakan tantangan kesehatan yang mendesak bagi masyarakat. Berbagai negara kini mulai memperhatikan masalah tersebut dengan serius. Jepang misalnya, telah membentuk Ministry of Loneliness, sedangkan di Amerika Serikat, Kepala Ahli Bedah telah menyoroti pentingnya koneksi sosial.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa satu dari empat lansia dan 5 hingga 15 persen remaja mengalami kesepian kronis. Untuk mengatasi isu ini, sekelompok peneliti internasional melakukan riset di delapan negara, termasuk Brasil, Zimbabwe, India, Filipina, Maroko, Turki, Cina, dan Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman keterhubungan dan keterasingan dari berbagai latar budaya.

Temuan awal dari riset tersebut menunjukkan bahwa kesepian tidak selalu berarti kesendirian. Beberapa partisipan menyampaikan pengalaman mereka tentang keterhubungan dan keterputusan dalam hidup mereka. Kesepian dijelaskan sebagai kondisi batin akibat ketidakselarasan antara relasi yang diharapkan dan kenyataan yang dipersepsikan.

Hubungannya dengan kesehatan mental juga tidak bisa diabaikan, karena laporan dari sebuah organisasi menemukan bahwa orang yang merasa kesepian cenderung mengalami kecemasan atau depresi. Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti menyarankan perubahan budaya yang lebih inklusif dan peduli. Aktivitas bersama dapat membantu memperkuat koneksi sosial, memberikan rasa tujuan hidup, dan meringankan beban gangguan mental.

Kesepian bukan hanya masalah personal, melainkan juga masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak. Melalui upaya bersama dan perubahan budaya, diharapkan masyarakat dapat mengatasi kesepian dan memperkuat koneksi sosial untuk kesejahteraan bersama.

Source link