Inovasi Jamu: Sinergi Ilmu dan Warisan Budaya yang Penting

Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN, Sofa Fajriah, menekankan pentingnya sinergi antara ilmu pengetahuan dan warisan budaya dalam mengembangkan produk jamu modern. Sofa menyatakan bahwa inovasi dalam industri jamu memainkan peran strategis dalam membangkitkan kejayaan herbal Indonesia. Hal ini disampaikan dalam Kosme Health Workshop di Cikarang, Jawa Barat, dimana Sofa menyoroti bahwa riset dan budaya bisa bersatu untuk menciptakan produk jamu yang modern namun tetap bernilai budaya. Di sektor ini, inovasi mencakup berbagai produk jamu terbaru, seperti jamu siap minum, kombinasi dengan superfood, probiotik, dan bahan aktif kosmetik untuk produk kecantikan.

Riset dari Tim CMI menunjukkan bahwa pasar obat tradisional Indonesia diharapkan tumbuh dengan laju CAGR 7,1 persen selama 2024–2033, dengan nilai pasar diperkirakan mencapai 25,4 miliar dolar AS pada akhir periode. Tren konsumen juga menunjukkan pergeseran yang signifikan, dimana konsumen muda lebih tertarik pada produk jamu yang dikemas secara praktis. WHO juga mencatat bahwa 70 persen masyarakat global beralih ke produk alami dan herbal, terutama setelah pandemi COVID-19.

Indonesia, dengan kekayaan biodiversitas yang melimpah, dan lebih dari 30.000 spesies tanaman yang 7.500 di antaranya berkhasiat obat, dianggap memiliki posisi yang strategis untuk menjadi pusat pengembangan produk herbal dunia. Melalui Kosme Health, pendiri Shandy Purnamasari berharap dapat membawa jamu ke dimensi baru yang bisa dinikmati oleh generasi modern tanpa kehilangan manfaatnya. Kosme Health juga membuka layanan maklon untuk membantu UMKM dalam memproduksi jamu dengan standar tinggi dan efisien.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu, Jony Yuwono, menyambut baik langkah ini dan menyatakan bahwa jamu bukan hanya soal produk, melainkan juga bagaimana kita memahami kembali filosofi jamu sebagai perpaduan antara doa, pengobatan, dan kearifan lokal. Menurut Jony, kata “jamu” berasal dari Jawa Kuno, dan merupakan singkatan dari jampi usodo, yang artinya doa kesehatan. Hal spiritualitas terkait dengan pembuatan jamu ini sangat tidak bisa dipisahkan, dan jamu sendiri telah memiliki sejarah panjang dalam budaya Indonesia.

Sofa juga menambahkan bahwa pendekatan Kosme dapat membuka peluang kolaborasi baru antarpelaku usaha jamu lintas skala. Peran riset juga menjadi kunci dalam mengoptimalkan kekayaan alam Indonesia. Pemerintah pun turut mendorong pengembangan jamu melalui berbagai program, mulai dari pendanaan riset hingga promosi ekspor, sejalan dengan meningkatnya daya saing industri herbal nasional. Dengan demikian, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen unggul untuk produk-produk herbal berstandar global.

Source link