Tabir surya, yang merupakan produk wajib bagi perlindungan kulit dari paparan sinar matahari, belakangan ini menjadi kontroversi dan bahkan sasaran teori konspirasi di media sosial. Gerakan anti-tabir surya semakin populer di kalangan anak muda, terutama di platform seperti TikTok dan Instagram. Berbagai influencer mulai menyuarakan pandangan bahwa tabir surya mengandung bahan kimia berbahaya yang dianggap lebih merugikan daripada manfaatnya, dan mengusulkan penggunaan alternatif “alami” yang belum teruji secara ilmiah.
Fenomena ini semakin mencuat setelah beberapa selebriti seperti Sam Faiers dan Kelsey Parker mengungkapkan bahwa mereka dan keluarganya tidak menggunakan tabir surya. Mereka menyoroti pentingnya “toleransi terhadap sinar matahari” dan meragukan keamanan tabir surya yang mengandung bahan kimia. Namun, penelitian dari American Academy of Dermatology menemukan bahwa sebagian besar generasi muda lebih memilih memiliki kulit gelap daripada mengurangi risiko kanker kulit dengan menggunakan tabir surya.
Untuk menghadapi gerakan anti-tabir surya, penting untuk memahami bagaimana tabir surya bekerja. Matahari memancarkan radiasi ultraviolet UVA dan UVB yang berpotensi merusak kulit. Sinar UVA dapat menyebabkan tanda-tanda penuaan kulit, sementara sinar UVB lebih memengaruhi permukaan kulit, menyebabkan terbakar dan risiko kanker kulit. Maka dari itu, tabir surya spektrum luas dibuat untuk melindungi dari kedua jenis sinar tersebut.
Meskipun ada kekhawatiran terkait bahan kimia dalam tabir surya, semua filter aktif telah diuji dan disetujui oleh otoritas regulasi di beberapa negara. Para dokter kulit menegaskan bahwa penggunaan tabir surya masih merupakan cara yang paling aman dan efektif untuk melindungi kulit dari kanker dan penuaan dini. Mitos tentang “toleransi” terhadap sinar UV juga disebut keliru, karena kulit tidak bisa dilatih untuk melawan dampak negatif sinar matahari.
Dokter kulit memberikan peringatan terhadap resep tabir surya “alami” yang belum teruji dan berisiko untuk kulit. Penggunaan bahan-bahan alami dapat memberikan rasa aman palsu dan meningkatkan risiko kerusakan kulit jangka panjang. Penting bagi masyarakat untuk mengandalkan bukti ilmiah yang terpercaya dan menghindari terjerumus dalam disinformasi yang dapat membahayakan kesehatan.
Dengan upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya tabir surya dan perlindungan kulit, diharapkan masyarakat dapat menghindari terpaan informasi yang tidak benar dengan lebih kritis dan menjaga kesehatan kulit mereka dengan lebih bijak.