Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengungkap penyebab utama kemacetan panjang di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, yang terjadi sejak awal Juli 2025 dan memuncak hingga Sabtu (26/7). Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur, Nyono, menjelaskan bahwa kemacetan tersebut disebabkan oleh penurunan drastis jumlah kapal penyeberangan rute Ketapang-Gilimanuk, akibat insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada 2 Juli lalu. Dari 15 kapal sebelumnya, hanya enam kapal yang diizinkan beroperasi sepanjang bulan ini, mengakibatkan antrean panjang kendaraan. Kapasitas angkut kapal juga terbatas karena penyesuaian beban dan panjang ramp door kapal jenis LCT.
Akibat berkurangnya jumlah kapal dan kapasitas muatan, antrean kendaraan, terutama truk logistik, mengular hingga puluhan kilometer selama beberapa waktu. Pemprov Jatim telah mengirim surat resmi kepada Menteri Perhubungan RI untuk menambah kapal berkapasitas besar, serta mendorong pengaktifan pelabuhan alternatif di Situbondo. Meski bukan kewenangannya, Pemprov Jatim aktif berkomunikasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi atas kemacetan ini.
Sementara pihak ASDP melalui siaran pers menyatakan ada 26 kapal yang aktif melayani lintas Ketapang-Gilimanuk dengan pola 8 trip per hari. Kondisi antrian kendaraan saat ini sudah lebih terkendali dibandingkan sebelumnya. ASDP juga telah merencanakan uji sandar kapal perbantuan untuk membantu mengatasi kemacetan di Pelabuhan Ketapang. Situasi lalu lintas ke pelabuhan tersebut juga dipengaruhi oleh penutupan Jalur Gumitir hingga September 2025. Dalam upaya mengatasi kemacetan, ASDP bersama instansi terkait telah menyiapkan sejumlah tindakan mitigasi dan mengatur ritme keberangkatan kapal sesuai kapasitas dermaga.