Selama beberapa hari terakhir, ratusan hektar hutan dan lahan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, dilaporkan terbakar akibat kemarau panjang. Karhutla ini terus meluas ke 10 kecamatan dan 16 nagari di daerah tersebut. Kepala Badan Pelaksana BPBD Lima Puluh Kota, Rahmadinol, menyatakan bahwa upaya pemadaman dilakukan dengan mengerahkan semua sumber daya dan peralatan yang ada, namun medan sulit dan keterbatasan air membuat proses pemadaman tidak optimal. Menurut himbauan dari pihak terkait, penanganan bencana ini memerlukan hujan buatan atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk meredakan kebakaran hutan dan lahan.
Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota telah menetapkan status tanggap darurat dari 17 hingga 30 Juli 2025 sebagai langkah antisipasi terhadap dampak yang lebih luas akibat kebakaran ini. Selain itu, pemkab juga meminta BMKG untuk melakukan hujan buatan seiring dengan penetapan status darurat tersebut. Berdasarkan hasil kaji cepat, proses TMC diharapkan akan dimulai pada pekan ini untuk membantu meredakan kebakaran hutan dan lahan tidak hanya di Kabupaten Lima Puluh Kota, tetapi juga di daerah lain yang terdampak. Langkah-langkah ini diambil sebagai upaya koordinasi dan penanganan yang tepat, cepat, dan terpadu dalam menghadapi bencana alam.