Jiemi Ardian, seorang psikiater, baru-baru ini merilis bukunya yang berjudul “Pulih dari Trauma: Berkenalan dengan Trauma Processing Therapy”. Dalam bukunya, Jiemi membahas secara deskriptif konsep trauma dari sudut pandang ilmiah. Jiemi memberikan contoh bahwa kecanduan judi online bisa berhubungan dengan trauma, dimana individu yang mengalami trauma cenderung mencari pelarian dalam bentuk kesenangan yang intens. Ini karena mereka berusaha mengisi kebutuhan akan kesenangan dengan cara yang ekstrem, yang jauh melampaui kebutuhan kesenangan orang pada umumnya.
Menurut Jiemi, orang yang mengalami trauma mencari pelampiasan yang mampu memberikan sensasi kesenangan dengan intensitas tinggi, seperti yang ditemukan dalam kegiatan judi online. Trauma yang tidak ditangani dengan baik juga dapat menyebabkan kebiasaan berjudi online serta berdampak pada perilaku seseorang, seperti mudah marah atau agresif. Jiemi juga menyatakan bahwa berhenti berjudi online tidak menandakan kesembuhan dari trauma, karena kesembuhan sejati baru bisa tercapai ketika gejala-gejala yang mengganggu lainnya juga telah hilang.
Orang yang terjerumus ke dalam kebiasaan berjudi online juga berisiko mengalami depresi, yang dapat berdampak tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga pada keluarga terdekat. Keluarga yang terkena dampak trauma sekunder karena kebiasaan berjudi online memiliki persepsi negatif terhadap aktivitas tersebut, akibat dari paparan berulang terhadap cerita-cerita traumatis.
Jiemi juga menyoroti bahwa trauma sekunder bisa muncul karena mendengarkan kisah traumatis orang lain, terutama jika terdapat hubungan personal atau emosional. Paparan berulang terhadap cerita-cerita traumatis dapat membentuk memori yang begitu kuat hingga akhirnya memicu munculnya trauma sekunder. Oleh karena itu, pemahaman akan kondisi trauma dan dampaknya sangat penting untuk mencegah terjadinya kecanduan dan masalah psikologis lainnya.