Menurut Global Tuberculosis Report 2024 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menduduki peringkat kedua dalam jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, mencapai 1.060.000 kasus dengan angka kematian mencapai 134 ribu jiwa. Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Ina Agustina, mengingatkan bahwa 14 orang meninggal setiap jam akibat TBC di Indonesia. Kondisi ini menuntut percepatan tindakan penanggulangan demi mencapai target eliminasi pada tahun 2030.
TBC menular melalui udara saat penderita TBC aktif batuk, bersin, atau berbicara. Bakteri TBC dapat bertahan di udara lembap dan menyebar ke paru-paru serta bagian tubuh lain saat dihirup. Kelompok yang rentan tertular TBC mencakup orang-orang yang tinggal serumah dengan penderita, penderita HIV/AIDS, perokok aktif, pasien diabetes, anak-anak, bayi, lansia, warga binaan, pengungsi, dan tunawisma.
Gejala TBC meliputi batuk terus-menerus, demam, nyeri dada, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam, dan batuk berdarah. Pencegahan terbaik adalah dengan deteksi dini dan pengobatan tepat waktu. Terapi pada tahap laten mencegah bakteri berkembang menjadi aktif, sementara penderita TBC aktif harus menjalani pengobatan hingga tuntas untuk menghindari penularan.