Cara Terapi Antiretroviral untuk Mengatasi HIV

Terapi antiretroviral (ART) adalah pengobatan yang digunakan untuk mengatasi infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dengan merusak sel CD4 atau sel T penolong. Dalam kondisi di mana jumlah sel CD4 menurun drastis, tubuh akan menjadi rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya. Meskipun ART tidak bisa menyembuhkan HIV, penggunaannya mampu menekan jumlah virus dalam tubuh hingga pada tingkat yang sangat rendah. Dengan menurunnya viral load virus, sistem kekebalan tubuh bisa pulih dan bekerja optimal untuk mencegah infeksi serius serta memperlambat kemajuan penyakit.

Dikutip dari Clevelan Clinic, terapi antiretroviral terdiri dari kombinasi dua hingga empat jenis obat yang bekerja pada tahap-tahap berbeda dalam proses replikasi HIV. Tujuan utama dari ART adalah untuk menghentikan atau menghambat proses replikasi virus HIV di dalam tubuh. Artinya, obat-obatan dalam ART menargetkan beberapa tahap penting dalam replikasi HIV untuk mencegah perkembangan virus. Jika pengobatan dijalankan secara konsisten, kadar virus HIV dalam darah bisa turun hingga di bawah 20 kopi virus per mililiter darah, yang disebut sebagai tidak terdeteksi. Meskipun kondisi tidak terdeteksi ini tidak berarti bahwa HIV hilang dari tubuh, namun jumlahnya terlalu sedikit untuk dideteksi oleh tes standar. Studi menunjukkan bahwa orang dengan viral load tidak terdeteksi memiliki risiko yang sangat rendah untuk menularkan HIV melalui hubungan seksual.

Sebagian besar pasien mengonsumsi ART dalam bentuk pil yang diminum setiap hari. Ada juga yang mendapatkan terapi suntik setiap satu atau dua bulan, terutama bagi pasien yang memiliki viral load tidak terdeteksi dan tidak pernah mengalami kegagalan pengobatan sebelumnya. Pilihan penggunaan terapi ini akan disesuaikan dengan kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan. Maka dari itu, pemahaman yang lebih baik tentang cara kerja terapi antiretroviral adalah penting dalam pengelolaan infeksi HIV.

Source link