Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) adalah salah satu jenis perawatan kesuburan yang sering digunakan dalam dunia medis. Dalam prosedur ini, sel telur diambil dari ovarium untuk dibuahi dengan sperma di luar rahim, membentuk embrio yang kemudian ditanamkan kembali ke dalam rahim sang ibu. Prosedur bayi tabung biasanya dipilih oleh pasangan yang belum hamil setelah mencoba selama minimal 6-12 bulan, terutama jika usia wanita di atas 35 tahun. Selain itu, bayi tabung juga dapat menjadi opsi bagi mereka yang ingin menghindari mewariskan kondisi genetik tertentu kepada anak-anak mereka.
Prosedur bayi tabung bertujuan untuk meningkatkan peluang pembuahan dengan mengambil sel telur sebanyak mungkin. Pasangan yang menderita kelainan genetik juga dapat menggunakan prosedur ini untuk mencegah penularan penyakit bawaan kepada anak-anak mereka. Proses ini dapat disertai dengan preimplantation genetic testing (PGT) untuk menemukan mutasi gen yang menyebabkan penyakit tertentu.
Namun, seperti prosedur medis lainnya, bayi tabung juga memiliki risiko dan komplikasi. Kehamilan ganda, keguguran, kehamilan ektopik, dan sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) adalah beberapa risiko yang mungkin dialami oleh wanita yang menjalani prosedur bayi tabung. Oleh karena itu, penting bagi pasangan yang mempertimbangkan bayi tabung untuk memahami secara menyeluruh tentang prosedur ini sebelum memutuskan melakukannya.
Dua penulis, Istiqomatul Hayati dan Naomy A. Nugraheni, turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini, yang membahas tujuan dan risiko dari program bayi tabung. Klik di sini untuk membaca lebih lanjut tentang Luna Maya yang memilih untuk membekukan sel telurnya demi melalui prosedur bayi tabung.