Pemusnahan amunisi di Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/6) pagi menyebabkan ledakan yang menewaskan belasan orang, termasuk warga sipil. Berbagai pihak mempertanyakan kehadiran warga sipil di sekitar area pemusnahan amunisi dan standar operasional prosedur yang dilakukan oleh TNI Angkatan Darat. Mereka menyatakan bahwa pemusnahan amunisi dilakukan di tempat yang biasa digunakan untuk pemusnahan senjata.
Menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana, ledakan terjadi saat pemusnahan amunisi di Gudang Pusat Munisi III Pusat Peralatan TNI AD. Ledakan tersebut menewaskan 13 orang, termasuk anggota militer dan warga sipil. RSUD Pameungpeuk menerima korban yang seluruhnya telah meninggal dunia.
Warga sipil ikut menjadi korban ledakan karena mencari sisa logam yang memiliki nilai jual di lokasi pemusnahan amunisi. Menanggapi insiden tersebut, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengungkapkan bahwa proses investigasi sedang dilakukan. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, juga menyampaikan duka cita kepada para korban dan keluarganya.
Insiden tragis ini menunjukkan pentingnya mematuhi standar keselamatan dalam setiap kegiatan pemusnahan amunisi untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Seluruh pihak diharapkan meningkatkan koordinasi dan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan guna menghindari risiko yang tidak diinginkan.
