Kasus meninggalnya seorang anak di Jawa Barat akibat infeksi cacing baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran serius bagi masyarakat di Sumatra Utara (Sumut). Meskipun sering dianggap remeh, cacingan masih menjadi permasalahan kesehatan yang signifikan, terutama pada anak-anak di usia sekolah dasar. Kadis Kesehatan Sumut, Faisal Hasrimy, memperingatkan bahwa kasus kematian anak akibat cacingan harus dijadikan perhatian serius dan tidak boleh dianggap enteng karena dapat berujung pada akibat fatal jika tidak diantisipasi.
Data survei tahun 2023 menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan pada anak-anak di Sumut mencapai 11,8 persen, melebihi target nasional yang ditetapkan. Dari 11 kabupaten/kota di Sumut yang telah disurvei, lima daerah masih belum mencapai target program penanggulangan cacingan dengan menunjukkan prevalensi di atas 10 persen. Sementara itu, capaian Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) cacingan di Sumut pada semester pertama tahun 2025 mencapai 97,1 persen, melampaui standar nasional.
Cacingan merupakan penyakit menular yang masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia, menyebabkan dampak negatif seperti penurunan gizi, kecerdasan, dan produktivitas. Faktor penyebab cacingan meliputi kemiskinan, akses air bersih, dan pola hidup bersih masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat guna mencegah infeksi cacingan dengan langkah-langkah yang sesuai, seperti menjaga kebersihan pribadi, sanitasi lingkungan, serta rutin mengonsumsi obat cacing minimal 2 kali setahun.
Ketua Unit Kerja Infeksi Penyakit Tropis IDAI Sumatera Utara, dr. Hendri Wijaya, menegaskan bahwa cacingan sangat terkait dengan kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan. Infeksi berat cacingan biasanya menunjukkan adanya reinfeksi berulang. Oleh karena itu, kesadaran dalam menjaga kebersihan dan kesehatan pribadi serta lingkungan sangat penting untuk mencegah penyebaran cacingan.
