Nusakambangan, sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memiliki reputasi sebagai tempat penjara yang tidak biasa. Selain kecantikan alamnya yang masih alami, pulau ini juga menjadi rumah bagi para narapidana kelas berat yang melakukan kejahatan besar. Sejak didirikan pada tahun 1908, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Nusakambangan menjadi simbol hukuman dan pengasingan bagi mereka yang dianggap sebagai ancaman bagi masyarakat.
Dikenal sebagai “Pulau Kematian,” Nusakambangan bukan hanya tempat penahanan narapidana, tetapi juga lokasi eksekusi bagi para terpidana mati. Keamanan di dalam Lapas ini sangat ketat, dengan sel-sel dilengkapi dengan sistem keamanan maksimal. Pulau ini dijaga oleh pasukan bersenjata penuh untuk mencegah pelarian dan gangguan dari luar.
Narapidana yang mendekam di Nusakambangan bukanlah kriminal biasa. Di sini, terdapat pembunuh berantai, bandar narkoba internasional, dan teroris yang mengancam keamanan negara. Beberapa nama terkenal seperti Amrozi, Mukhlas, Imam Samudra, Umar Patek, Andrew Chan, Myuran Sukumaran, Tommy Soeharto, dan Pramoedya Ananta Toer pernah merasakan kehidupan di balik jeruji besi Nusakambangan.
Salah satu tempat paling menyeramkan di pulau ini adalah Bukit Nirbaya, tempat eksekusi para terpidana mati. Bukit ini menjadi saksi akhir dari perjalanan para narapidana yang telah divonis hukuman tertinggi. Sejarah panjang Nusakambangan sejak era kolonial Belanda, di mana pulau ini dinyatakan sebagai kawasan terlarang dan tempat pengasingan bagi penjahat kelas berat.
Selain sebagai pulau penjara, Nusakambangan juga memiliki status sebagai cagar alam. Namun, aktivitas penebangan liar telah mengancam ekosistem pulau tersebut. Kesan yang muncul ketika mendengar nama Nusakambangan adalah ketakutan dan misteri, karena pulau ini tidak hanya menjadi tempat pemenjaraan bagi penjahat kelas berat, tetapi juga menyimpan berbagai kisah kelam dalam sejarah Indonesia. Sehingga, Nusakambangan tetap memegang reputasi sebagai penjara paling mencekam di Indonesia.
