Menelusuri Makna Motif Ragi Idup Tenun Batak

Tenun Batak, atau yang lebih dikenal dengan ulos, memiliki berbagai motif yang menarik, salah satunya adalah ragi idup yang merupakan teknik pembuatan paling kompleks. Motif lawas ini dipamerkan dalam pameran visual Ugari bersama dengan beberapa koleksi hasil kolaborasi dengan merek fashion lokal di Tobatenun Studio & Gallery. Kerri Na Basaria, pendiri dan CEO Tobatenun, menjelaskan bahwa banyak motif tenun Batak lawas yang sudah mulai dilupakan, termasuk motif ragi idup yang memiliki makna mendalam dalam praktik adat masyarakat Batak. Untuk merevitalisasi motif ini, diperlukan proses riset dan pengembangan yang intens selama hampir satu setengah tahun. Pakar wastra Ratna Panggabean juga menambahkan bahwasanya ragi idup adalah cerminan kehidupan yang dalam pembuatannya membutuhkan konsentrasi tinggi dan ketelitian, terutama dalam menggabungkan benang lungsi berwarna gelap dengan benang putih di ujung kain yang disebut mangarapot.

Motif ragi idup juga memperlihatkan gabungan dari tiga teknik utama dalam pembuatan tenun Batak yakni songket, ikat, lungsi, dan jugia. Di dalam sebuah kain ragi idup, terdiri dari beberapa bagian utama seperti Ambi, Tor, dan Tinorpa yang harus hadir dan bersatu untuk membentuk keseluruhan kain. Teknik tenun seperti Mandatar, ikat, dan songket digunakan untuk menghasilkan warna polos, motif garis, dan motif berdimensi untuk memperkuat kecantikan dari kain tenun Batak ragi idup.

Selain itu, teknik langka seperti penambahan benang lungsi di bagian tepi Ambi juga dipakai untuk menambah kesan estetis dari kain. Seluruh tekik pembuatan ini disatukan dengan manuluki, teknik penambungan antarbidang tenun tanpa dijahit, yang menciptakan struktur kain yang kokoh dan indah. Dengan demikian, Tenun Batak Ragi Idup memperlihatkan keindahan dan kekayaan budaya serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Source link

Exit mobile version