Presiden Indonesia Prabowo Subianto telah menegaskan peringatan keras terhadap penipuan pangan, mengutuk praktik menipu dalam perdagangan beras yang menurutnya merugikan masyarakat. Pada acara penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo pada hari Minggu (20 Juli), Presiden menyoroti laporan terbaru tentang pemalsuan beras oleh para pedagang yang tidak jujur—dimana beras biasa dipasarkan dan dijual sebagai premium, dengan harga yang dibuat lebih tinggi secara semena-mena.
“Masih ada skema jahat oleh sejumlah pengusaha yang menipu rakyat. Beras biasa dijual sebagai premium, dan harga dipatok seenaknya. Ini suatu pelanggaran,” tegas Presiden.
Namun, Prabowo tidak hanya sekadar mengkritik—dia memberikan perintah langsung kepada otoritas penegak hukum untuk bertindak dengan cepat dan tegas.
“Saya telah memerintahkan Jaksa Agung dan Kepolisian Negara untuk menyelidiki dan menuntut para pelaku bisnis ini—tanpa terkecuali,” katanya.
Prabowo mengategorikan skema ini sebagai kejahatan ekonomi besar, mengutip laporan internal yang memperkirakan kerugian tahunan bagi negara dan konsumen mencapai IDR 100 triliun (sekitar USD 6 miliar).
“Saya menerima laporan: Indonesia kehilangan IDR 100 triliun setiap tahun dari ini. Artinya IDR 1.000 triliun dalam lima tahun. Ini adalah kejahatan ekonomi besar,” ujarnya.
Bagi Prabowo, ini bukan lagi masalah distorsi pasar—ini merupakan ancaman langsung terhadap kesejahteraan dan stabilitas nasional.
“Menurut saya, ini adalah bentuk subversi ekonomi. Ini pengkhianatan terhadap rakyat,” tegasnya.
Presiden juga mendorong masyarakat untuk merenungkan bagaimana kerugian sedemikian besarnya seharusnya dapat digunakan untuk mentransformasi bangsa ini.
“Bayangkan apa yang bisa kita lakukan dengan IDR 100 triliun setiap tahun. Dengan IDR 1.000 triliun dalam lima tahun, kita mungkin bisa memberantas kemiskinan di Indonesia,” ujar Prabowo.