Cara Mengenali dan Mencegah Terpapar Mikroplastik

Mikroplastik kini sudah tersebar luas pada berbagai bahan makanan, air, dan bahkan udara yang kita hirup. Hal ini memunculkan keprihatinan yang semakin meningkat di kalangan masyarakat dan para peneliti karena potensi bahaya mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Ukuran mikroplastik yang sangat kecil, kurang dari 5 milimeter, membuatnya sulit untuk terdeteksi secara kasat mata. Ada dua jenis mikroplastik yang utama, yaitu mikroplastik primer yang sengaja dibuat kecil untuk digunakan dalam produk kosmetik, sabun, dan tekstil, serta mikroplastik sekunder yang terbentuk dari degradasi sampah plastik di lingkungan sekitar.

Pentingnya perhatian terhadap masalah mikroplastik juga terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mason (2018) dan Schymanski (2018). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 93% air minum dalam kemasan botol di seluruh dunia mengandung mikroplastik, termasuk yang dijual di Indonesia. Bahkan, konsentrasi mikroplastik yang ditemukan bisa mencapai lebih dari 10.000 partikel per liter. Dari data WHO, pada 2019, air tawar dan air minum dapat mengandung mikroplastik antara 0 hingga 10 kuartik partikel per liter. Bahkan air minum dalam botol kaca, yang dianggap lebih aman, terbukti mengandung hingga 253 partikel per liter, terutama jenis plastik seperti PET (polietilen tereftalat) dan PP (polipropilen).

Mikroplastik juga ditemukan pada berbagai jenis makanan seperti ikan, udang, kerang, ayam, daging sapi, tahu, dan makanan kaleng. Kontaminasi ini diketahui disebabkan oleh senyawa berbahaya seperti Bisphenol-A (BPA), ftalat, dioksin, polietilen, dan polipropilen. Menurut Eka Chlara Budiarti dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON), mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, pencernaan, dan kontak kulit. Terpaparnya tubuh manusia pada mikroplastik dalam j jangka waktu lama berpotensi menimbulkan masalah kesehatan seperti iritasi, peradangan, tumor, dan bahkan kanker.

Deteksi mikroplastik masih sulit dilakukan dengan mata telanjang, namun inilah mengapa penting bagi akademisi menggunakan metode khusus seperti spektroskopi inframerah (FTIR dan Raman spectroscopy), mikroskop elektron (SEM), dan filtrasi dan pewarnaan fluorescent untuk mengidentifikasi dan memantau kehadiran mikroplastik. Untuk masyarakat umum, indikasi kehadiran mikroplastik dalam air minum dan makanan bisa dilihat dari beberapa tanda seperti rasa atau bau aneh pada air minum yang disimpan dalam wadah plastik atau makanan yang dibungkus dengan plastik tertentu.

Untuk mengurangi paparan mikroplastik, kita dapat mengambil beberapa langkah preventif seperti menghindari penggunaan wadah plastik untuk memanaskan makanan, mengganti botol air plastik dengan botol kaca atau stainless, mengurangi konsumsi makanan kemasan atau siap saji, menghindari penggunaan garam berlebih saat mengawetkan ikan, dan membatasi penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting untuk dilakukan guna menjaga kesehatan diri sendiri dan juga lingkungan sekitar.

Source link