Jetstar Asia Berhenti Beroperasi 31 Juli 2025: Alasan dan Dampaknya

Jetstar Asia, maskapai penerbangan berbiaya rendah yang berbasis di Singapura dan merupakan anak usaha dari Qantas Group Australia, mengumumkan bahwa akan mengakhiri seluruh operasinya pada 31 Juli 2025. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama di Asia Tenggara, di mana maskapai ini beroperasi. Berbagai faktor, termasuk tingginya biaya operasional yang mencakup harga bahan bakar dan tarif bandara, serta persaingan ketat dengan maskapai seperti Scoot, AirAsia, dan VietJet, telah menyebabkan Jetstar Asia kesulitan mempertahankan struktur biaya rendahnya.

CEO Qantas Group, Vanessa Hudson, menyatakan bahwa keputusan penutupan ini diambil karena tantangan struktural yang membuat operasi Jetstar Asia di wilayah ini tidak lagi berkelanjutan. Sejak dimulai pada tahun 2004, Jetstar Asia hanya mencatat keuntungan selama enam tahun dari dua dekade eksistensinya. Terutama, pandemi COVID-19 pada tahun 2020 telah memberikan tekanan tambahan kepada maskapai tersebut, memaksa Jetstar Asia untuk menangguhkan rute, menghadapi kritik, dan menghadapi beban keuangan yang semakin berat.

Dampak penutupan Jetstar Asia tidak hanya dirasakan oleh lebih dari 500 karyawan yang terkena dampaknya, tetapi juga terhadap 16 rute regional yang saat ini dilayani oleh maskapai ini. Meskipun operasinya akan berakhir, kontribusi Jetstar Asia selama dua dekade terakhir dalam pasar penerbangan murah di Asia tidak bisa diabaikan. Keberadaannya selama ini telah menjadi bagian penting dari perkembangan industri penerbangan di kawasan tersebut dan menandai akhir dari era penerbangan berbiaya rendah di Asia.

Source link

Exit mobile version