Jet lag sering menjadi masalah saat melakukan perjalanan jauh dengan pesawat, membuat tubuh terasa lelah dan sulit fokus. Faktor pengaturan waktu tidur sebelum dan selama penerbangan dapat memengaruhi kondisi jet lag. Pertanyaan yang muncul adalah apakah lebih baik tidur atau tetap terjaga selama penerbangan?
Menurut Cleveland Clinic, jet lag adalah gangguan tidur umum yang terjadi setelah melakukan perjalanan jarak jauh dalam waktu singkat, biasanya lebih dari tiga zona waktu. Penerbangan malam juga ditemukan lebih mengganggu pola tidur dibandingkan penerbangan di siang hari. Studi terbaru oleh Centre for Sleep and Cognition di NUS Yong Loo Lin School of Medicine dan Oura menemukan bahwa tubuh cenderung perlu waktu lebih lama untuk pulih setelah melakukan penerbangan malam, terutama menuju arah timur dan melintasi banyak zona waktu.
Selain itu, jenis kelamin tidak terlalu berpengaruh pada gangguan tidur akibat perjalanan, dan orang yang lebih tua cenderung mengalami jet lag yang lebih ringan dibandingkan dengan yang lebih muda. Faktor hipotalamus dan struktur suprachiasmatic nucleus (SCN) dalam otak turut berperan dalam mengatur ritme sirkadian tubuh, yang dapat terganggu saat terjadi perbedaan zona waktu.
Mount Elizabeth Hospital menyarankan untuk menyesuaikan jam tangan dengan waktu di tempat tujuan segera setelah masuk pesawat, serta melakukan aktivitas sesuai dengan waktu di sana. Jika tiba di destinasi pada siang hari, sebaiknya tetap terjaga selama penerbangan, namun jika malam hari, disarankan untuk tidur di dalam pesawat dengan mengurangi paparan cahaya.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, dapat membantu mengurangi jet lag dan mempercepat pemulihan setelah perjalanan jauh dengan pesawat.