Mengenal Anoreksia Nervosa: Penyakit Mental Mematikan

Anoreksia Nervosa: Gangguan Makan dengan Tingkat Kematian Tertinggi

Anoreksia nervosa, sebuah jenis gangguan makan yang ditandai oleh persepsi tubuh yang tidak realistis, mungkin tidak sepopuler depresi atau gangguan bipolar ketika membahas gangguan kesehatan mental yang berisiko menyebabkan kematian. Namun, temuan dari beberapa studi menunjukkan bahwa gangguan makan, terutama anoreksia nervosa, memiliki tingkat kematian tertinggi dibandingkan dengan gangguan mental lainnya.

Menurut laman Eating Disorder Hope, gangguan makan termasuk anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating disorder, merupakan jenis gangguan kesehatan mental dengan risiko kematian paling tinggi. Setiap 62 menit, setidaknya satu individu meninggal dunia akibat gangguan makan. Anoreksia nervosa, di antara jenis gangguan makan lainnya, adalah yang paling mematikan. Sekitar 20 persen dari penderita anoreksia yang meninggal terlibat dalam tindakan bunuh diri.

Diperkirakan sekitar 30 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan makan dalam satu fase kehidupan mereka, dan sekitar 0,9 persen perempuan menderita anoreksia nervosa. Meski kasus pria lebih rendah, mereka tetap berisiko mengalami gangguan ini.

Anoreksia nervosa juga memiliki dampak serius tidak hanya pada aspek psikologis, tapi juga pada kondisi fisik dan fungsi kognitif penderitanya. Keterbatasan ekstrim pada asupan makanan dapat merusak berbagai sistem tubuh, mulai dari sistem kardiovaskular hingga produksi hormon di dalam tubuh. Selain itu, otak juga terpengaruh oleh kurangnya asupan kalori. Penderita anoreksia nervosa dapat mengalami penurunan volume gray matter di otak, yang mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif.

Selain dampak fisik, banyak penderita anoreksia juga mengalami gangguan mental lainnya seperti kecemasan, depresi, PTSD, dan penyalahgunaan zat. Gejala anoreksia nervosa terbagi dalam tiga kategori utama: fisik, emosional, dan perilaku. Penderita menunjukkan penurunan berat badan, kelelahan, kulit kering, dan gangguan pada sistem reproduksi. Secara emosional dan perilaku, mereka cenderung membatasi asupan makanan secara ketat dan obsesi pada makanan.

Penyebab pasti dari anoreksia nervosa belum sepenuhnya dipahami, namun interaksi antara faktor genetik, psikologis, dan lingkungan dipercaya sebagai penyebabnya. Risiko gangguan makan dapat diturunkan secara genetik dan perubahan kimia di otak juga berperan. Faktor psikologis seperti trauma emosional juga dapat memicu gangguan makan, serta tekanan sosial dari standar kecantikan yang tidak realistis.

Dalam masyarakat yang mengidealkan bentuk tubuh tertentu, anoreksia nervosa tetap menjadi perhatian serius sebagai gangguan kesehatan mental dengan angka kematian tertinggi.

Source link

Exit mobile version