“Yang paling saya kagumi dari Gamal Abdel Nasser adalah sikap kerasnya dalam mendukung politik sekuler. Nasser juga dikenal sebagai pribadi yang tidak bisa disuap. Dia adalah seorang orator yang berbakat. Selama menjabat Presiden Mesir, dia melakukan lebih dari 1300 pidato. Dia juga berani berbaur dengan rakyat Mesir biasa, meskipun telah berulang kali menghadapi upaya pembunuhan.”
Lahir pada tahun 1918 sebagai putra seorang pekerja pos Mesir, Gamal Abdel Nasser ditanamkan rasa bangga akan kebangsaan Arab sejak usia muda oleh ayahnya. Saat masih remaja, ia aktif dalam kegiatan politik dengan bergabung dalam pertemuan kaum muda ultra nasionalis melawan kekuasaan Inggris. Meskipun pernah dipenjara semalam karena hal ini, semangat nasionalismenya tetap teguh. Karena sibuk dengan aksinya, ia hanya menghabiskan 45 hari di kelas selama tahun terakhir sekolah menengahnya.
Pada tahun 1937, Nasser mendaftar di Akademi Militer Mesir. Awalnya ditolak karena catatan polisinya, namun ia diterima pada percobaan keduanya. Setelah lulus sebagai Letnan Infanteri pada tahun berikutnya, ia bersama teman-teman kadetnya membentuk kelompok rahasia yang menentang korupsi pemerintah dan monarki, dengan Nasser sebagai pemimpin kelompok tersebut.
Pada Perang Dunia Kedua, Nasser secara terang-terangan menentang kolonialisme Inggris. Ia merasa malu atas perlakuan Inggris pada Raja Mesir pada tahun 1942. Bersama kelompoknya, Nasser tidak hanya berharap Inggris keluar dari Mesir, tetapi juga mengadvokasi perlunya sebuah revolusi.
Pada tahun 1948, Nasser meraih pengalaman pertempuran pertamanya dalam Perang Arab-Israel. Meskipun Mesir pada waktu itu dianggap tidak memiliki peluang untuk menang, Nasser berhasil menjadi pahlawan nasional karena berhasil bertahan dalam serangan-serangan Israel di dekat Gaza. Pada saat yang sama, Pemerintah Kerajaan hanya memberikan dukungan terbatas, yang semakin memicu keinginannya untuk menggulingkan mereka.
Kesempatan datang pada tahun 1952, ketika Nasser masih menjadi Letnan Kolonel. Memimpin sekelompok perwira yang sependapat dengannya, mereka merebut kota Kairo dan mendapatkan dukungan rakyat, serta menyatakan Mesir sebagai Republik pada tahun berikutnya.
Selama kepemimpinannya di Mesir, Nasser mengalami berbagai percobaan pembunuhan, termasuk saat seorang pembunuh bayaran melepaskan delapan tembakan ke arahnya dari jarak delapan meter saat sedang memberikan pidato pada tahun 1954. Meskipun demikian, Nasser tetap tenang dan melanjutkan pidatonya, tanpa terkena peluru. Kejadian tersebut membuat popularitasnya melonjak di Mesir, sehingga dia dihormati oleh seluruh warga negara.
Tidak hanya di Mesir, popularitas Nasser juga berkembang di seluruh dunia Arab. Ini terutama setelah ia menasionalisasi Terusan Suez pada tahun 1956 dari perusahaan patungan Inggris dan Prancis. Kedua negara tersebut, bersama dengan Israel, meluncurkan operasi militer untuk merebut kembali Terusan Suez dan menggulingkan Pemerintah Nasser pada tahun yang sama. Namun upaya invasi mereka gagal. Kemenangan politik dan militer Nasser atas Inggris, Prancis, dan Israel membuatnya menjadi ikon di Dunia Ketiga.
Nasser menggunakan popularitasnya untuk menyerukan persatuan Pan-Arab. Hal ini terwujud, meskipun singkat, saat ia mengatur penggabungan antara Mesir dan Suriah pada tahun 1958. Namun, persatuan tersebut runtuh pada tahun 1961 karena perbedaan yang tidak dapat didamaikan di antara anggota aliansi Pan-Arab.
Ketika Nasser meninggal karena serangan jantung pada tahun 1970, ada kedukaan yang besar di seluruh dunia Arab. Sekitar enam juta orang menghadiri pemakamannya.
Apa yang paling saya kagumi dari Gamal Abdel Nasser adalah sikap kerasnya dalam mendukung politik sekuler. Nasser juga dikenal sebagai pribadi yang tidak bisa disuap. Dia adalah seorang orator yang berbakat. Selama menjabat Presiden Mesir, dia melakukan lebih dari 1.300 pidato. Dia juga berani berbaur dengan rakyat Mesir biasa, meskipun telah berulang kali menghadapi upaya pembunuhan.
Sumber: https://prabowosubianto.com/letnan-kolonel-gamal-abdel-nasser/