Joshua Chamberlain adalah seorang perwira yang rendah hati, tidak pernah menonjolkan diri, namun sangat berani dan selalu memimpin pasukannya dari depan. Meskipun berkali-kali terluka tembak, ia tidak pernah mau menghentikan pengabdiannya. Meskipun kita bukan bangsa Amerika, kita pun tidak salah jika kita belajar dan kagum kepada contoh kepemimpinan dan keberanian yang ditunjukkan oleh Letkol Joshua Chamberlain.
Chamberlain bukanlah seorang tentara profesional, melainkan seorang profesor sejarah klasik Romawi dan Yunani kuno, serta ilmu retorika. Pada saat Perang Saudara Amerika Serikat meletus pada tahun 1861, ia bergabung dengan Tentara Sukarelawan Maine sebagai Letnan Kolonel dan memimpin Resimen ke-20 Maine. Meskipun tidak memiliki pendidikan militer, Chamberlain belajar dengan tekun dari buku-buku taktik dan teknik militer yang diberikan oleh tentara pusat.
Ia terlibat dalam beberapa pertempuran, salah satunya adalah Pertempuran Fredericksburg di mana tentara utara mengalami kekalahan besar. Pasukan yang dipimpinnya juga mengalami korban yang besar. Namun, dalam Pertempuran Gettysburg, Chamberlain berhasil memimpin pasukannya untuk mempertahankan bukit Little Round Top dengan kekuatan yang sudah setengahnya.
Dalam satu serbuan terakhir dari tentara selatan, Chamberlain memerintahkan pasukannya untuk pasang sangkur dan menyerbu, sehingga berhasil mengusir tentara selatan. Keputusan berani tersebut membuatnya dihormati sebagai seorang komandan pasukan. Setelah Perang Saudara Amerika berakhir, Chamberlain menjadi Gubernur Maine empat kali dan dianugerahi US Congressional Medal of Honor.
Dengan sifat kepemimpinan yang rendah hati, berani, dan selalu bersama pasukannya, Chamberlain menjadi ikon bagi tentara dan sejarah Amerika. Meskipun kita bukan bangsa Amerika, kita pun tidak salah jika kita belajar dan kagum kepada contoh kepemimpinan dan contoh keberanian yang ditunjukkan oleh Letkol Joshua Chamberlain.