Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menurunkan tim khusus penanganan kecelakaan kerja di pabrik pengolahan nikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang beroperasi di Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.
“Mendapat laporan bahwa pasca-kecelakaan ini, para korban ditangani dengan baik. Kami berharap agar perusahaan dapat bekerja sama dengan tim investigasi kecelakaan kerja yang diturunkan ke lokasi. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi,” kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif.
Hasil inspeksi dari tim investigasi tersebut, selain untuk mengetahui penyebab musibah di PT ITSS, juga dapat menjadi evaluasi perusahaan untuk lebih baik lagi dalam pengawasan dan pengendalian terkait penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Implementasi K3 sangat penting untuk mencegah dan menekan angka kecelakaan kerja di sektor industri.
“Pelaksanaan K3 harus menjadi prioritas bagi dunia usaha di Indonesia. Kami mengajak dan mendorong sektor industri agar budaya K3 melekat pada setiap individu di perusahaan,” lanjutnya.
Kemenperin juga menyampaikan rasa keprihatinan atas kecelakaan kerja yang terjadi di smelter nikel ITSS.
13 orang meninggal, terdiri atas 9 pekerja Indonesia dan 4 pekerja asal Tiongkok. Sebanyak 46 korban terluka umumnya disebabkan karena terkena uap panas.
Manajemen PT IMIP telah menanggung seluruh biaya perawatan dan perawatan pasca-kecelakaan, serta santunan bagi keluarga korban.
Menurut Dedy, tungku smelter No. 41 yang terbakar, awalnya masih ditutup untuk operasi pemeliharaan. Saat tungku tersebut sedang tidak beroperasi dan dalam proses perbaikan, terdapat sisa slag atau terak dalam tungku yang keluar, lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar di lokasi.
Hasil identifikasi penyebab kecelakaan ini menegaskan bahwa tidak ada tabung oksigen yang meledak seperti diinformasikan sebelumnya.