Tian harus menghadapi kehidupan di penjara dengan segala kerasnya, termasuk ancaman dari sesama narapidana, kekerasan fisik, dan rencana jahat dari Ira yang bersekongkol dengan petugas dapur. Meskipun tubuhnya lemah, semangat Tian tetap menyala karena cinta dan janji setia pada Hana. Pertemuan mereka di rumah sakit penjara menjadi momen haru, di mana meski terpisah oleh jeruji dan luka, keduanya tetap saling memberi dukungan. Hana bertekad membuktikan kebersihan Tian, meskipun itu berisiko tinggi.
Yuda mencoba memanfaatkan keadaan sulit ini untuk menekan Tian, dengan tawaran kebebasan sebagai imbalan asalkan Tian menceraikan Hana. Namun, Tian menolak tawaran itu dengan tegas karena cintanya pada Hana tak bisa ditukar dengan apapun. Di luar penjara, bukti visum atas Tika menunjukkan adanya kekerasan fisik namun tanpa tanda kekerasan seksual, memberikan petunjuk bahwa Tian bisa saja dijebak.
Sementara itu, tanpa bukti yang cukup kuat, posisi Tian di pengadilan masih rentan. Semua pihak bersiap untuk menghadapi sidang penentuan, dengan Misa dan Vano semakin yakin bahwa rencana mereka akan berhasil. Namun, di luar pengadilan, Hana memeluk Tian erat dengan air mata bercampur keteguhan, meyakinkan bahwa Tian akan bebas dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan meskipun tak pasti.










