Mendeteksi Gejala dan Risiko Henti Jantung

Hulk Hogan, legenda WWE dan ikon budaya pop era 1980-an, meninggal pada Kamis pagi, 24 Juli 2025 di Clearwater, Florida, Amerika Serikat. Hogan menghembuskan napas terakhirnya di usia 71 tahun akibat henti jantung. Dilaporkan oleh Antara pada Jumat, 25 Juli 2025, Hogan menerima penanganan medis darurat sebelum dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak bisa diselamatkan. World Wrestling Entertainment (WWE) secara resmi mengonfirmasi kabar duka ini melalui unggahan di media sosial mereka, mengungkapkan rasa dukanya atas kepergian Hogan dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga, teman, dan penggemarnya.

Henti jantung, atau cardiac arrest, terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak atau berdetak tidak efektif sehingga tak mampu memompa darah ke otak dan organ vital lainnya. Menurut American Red Cross, hal ini disebabkan oleh gangguan impuls listrik jantung yang kacau, menyebabkan ritme detak tak beraturan bahkan berhenti sama sekali. Meski bisa menyerang siapa saja, risiko henti jantung meningkat pada individu dengan gangguan irama jantung, penyakit arteri koroner, dan kelainan jantung bawaan.

Fibrilasi ventrikel (VF) merupakan penyebab umum henti jantung, dimana impuls listrik jantung menjadi kacau sehingga jantung bergetar tanpa irama. Tidak hanya dipicu oleh gangguan jantung, VF juga bisa disebabkan oleh faktor non-jantung seperti tersedak, sengatan listrik, perdarahan hebat, reaksi alergi, dan overdosis narkoba. Gejala awal henti jantung seringkali samar dan mungkin tidak terdeteksi, tapi gejala tersebut bisa menjadi penentu keselamatan jika diperhatikan. Jika seseorang menunjukkan gejala tersebut, segera hubungi layanan gawat darurat untuk mendapatkan bantuan medis darurat seperti CPR atau RJP.

Source link

Exit mobile version