5 Cara Mengatasi Trauma Demonstrasi

Demonstrasi massa di beberapa daerah seringkali berujung pada kericuhan dan kekacauan. Selain tindakan kekerasan terhadap massa, banyak fasilitas umum yang rusak, bangunan dibakar, bahkan museum dirampok. Akibatnya, peristiwa ini dapat menyebabkan trauma bagi masyarakat yang terlibat. Psikiater dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali, Made Wedastra, mengungkapkan bahwa orang yang terlibat dalam demonstrasi bisa mengalami gangguan psikologis akibat menyaksikan kekerasan, pemukulan, pembunuhan, atau pembakaran. Untuk mengatasi trauma tersebut, Made Wedastra menyarankan lima teknik yang dapat digunakan.

Pertama, teknik grounding cepat dengan merangsang panca indra untuk mengalihkan perhatian dari situasi yang tidak nyaman. Kedua, relaksasi pernapasan dalam dengan pola 4-7-8. Teknik ketiga adalah mengurangi paparan informasi dan beralih kegiatan yang lebih menyenangkan. Keempat, fokus pada hal yang dapat dikendalikan dengan mengatakan kalimat-kalimat positif kepada diri sendiri. Terakhir, teknik peregangan sebelum tidur untuk mengatasi kemungkinan timbulnya mimpi buruk. Trauma yang dialami akibat demonstrasi dapat berkembang menjadi depresi jika tidak ditangani dengan baik. Gejala depresi seperti perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan minat, mudah lelah, gangguan makan dan tidur, serta pikiran bunuh diri perlu mendapat perhatian serius dan konsultasi ke profesional seperti psikolog atau psikiater sangat disarankan. Jadi, penting untuk mengenali dan mengatasi trauma sejak dini agar tidak berkembang menjadi masalah psikologis yang lebih serius.

Source link

Exit mobile version