Gejala, Penyebab, dan Faktor Risiko Penyakit Campak: Panduan Komprehensif

Campak diakui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebagai penyakit yang sangat menular, bahkan melebihi Covid-19. Dia menjelaskan bahwa tingkat penularan campak bisa mencapai 18 kali lipat dari satu kasus. Penyakit ini dapat menyebar melalui udara dan gejalanya mirip flu, seperti demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam pada kulit. Meskipun terlihat ringan, campak dapat menyebabkan komplikasi serius terutama pada anak-anak yang belum divaksinasi.

Berbeda dengan Covid-19, campak disebabkan oleh virus yang hidup di lendir hidung dan tenggorokan. Penularannya bisa melalui udara atau kontak langsung dengan penderita. Virus ini bahkan mampu bertahan di udara dan permukaan benda hingga dua jam. Gejala campak biasanya muncul setelah 2–3 minggu terpapar. Tahap awal gejala campak termasuk demam tinggi, pilek, mata merah, sakit tenggorokan, dan bintik putih kecil di mulut.

Campak dapat menyebar melalui batuk, bersin, atau kontak dengan cairan dari hidung dan mulut penderita. Orang tanpa kekebalan yang baik, baik yang belum divaksinasi maupun yang tidak memiliki kekebalan setelah divaksinasi, rentan terinfeksi. Anak-anak kecil yang belum divaksinasi dan wanita hamil memiliki risiko tertinggi mengalami komplikasi serius.

Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah campak. Semua anak disarankan untuk menerima vaksin campak karena sudah terbukti aman, efektif, dan ekonomis. Anak harus mendapatkan dua dosis vaksin untuk membentuk kekebalan. Dosis pertama diberikan pada usia 9 bulan hingga 12–15 bulan, sementara dosis kedua diberikan pada usia 15–18 bulan.

Vaksinasi rutin dan kampanye imunisasi massal penting untuk menekan angka kematian global akibat campak. Vaksin campak telah digunakan selama sekitar 60 tahun dengan biaya yang terjangkau. Penggabungan vaksin dapat sedikit menambah biaya, tetapi lebih efisien dalam distribusi dan administrasi serta memberikan perlindungan tambahan terhadap rubella. Meskipun demikian, sekitar 22 juta bayi di seluruh dunia masih tidak mendapatkan setidaknya satu dosis vaksin campak. Linda Lestari berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Source link

Exit mobile version