Menyikapi Rendahnya Angka Bayi Dapat ASI di Indonesia: Perspektif Dokter

Rendahnya persentase ibu menyusui di Indonesia menjadi keprihatinan I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Bunda yang akrab dipanggil dr. Tiwi. Menurut beliau, air susu ibu (ASI) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena ASI membantu pencernaan yang masih belum sempurna pada bayi.

Dr. Tiwi menyampaikan pandangannya dalam diskusi media Bunda Parenting Convention dalam rangka Hari Anak Nasional dan World Breastfeeding Week 2025 di Jakarta. Data dari Unicef Indonesia menunjukkan bahwa persentase bayi yang disusui eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan melihat fluktuasi dari tahun ke tahun. Meskipun terjadi sedikit kenaikan dari tahun 2018 hingga 2024, angka tersebut masih jauh dari ideal.

Rendahnya angka ibu menyusui ini berpotensi membahayakan kesehatan bayi karena tubuhnya memerlukan nutrisi yang cukup dari ASI. Faktor-faktor seperti kurangnya hakekat laktasi saat bekerja dan kurangnya dukungan dari keluarga turut menyulitkan ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya.

Dukungan yang baik dari keluarga serta hak laktasi saat bekerja menjadi penting dalam memastikan proses laktasi berjalan lancar. Namun, data dari Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa banyak ibu bekerja mengalami kesulitan dalam mempertahankan pemberian ASI setelah kembali bekerja karena tidak tersedianya ruang laktasi di tempat kerja.

Fasilitas laktasi untuk ibu menyusui di tempat kerja sesuai dengan beberapa peraturan yang telah ditetapkan, seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024. Menyadari pentingnya masalah ini, langkah-langkah perlu diambil untuk meningkatkan persentase ibu menyusui di Indonesia demi kesehatan bayi dan generasi mendatang.

Source link

Exit mobile version