Mengapa Perempuan Lebih Rentan Terhadap Migrain?

Migrain, atau sakit kepala yang berdenyut-denyut, sering kali dialami oleh perempuan dan gejalanya lebih sering dan intens. Meskipun demikian, seringkali gejala ini diabaikan karena dianggap sebagai stres, sehingga perawatan yang tepat tidak diberikan. Sebuah studi menunjukkan bahwa migrain pada perempuan cenderung lebih parah, sering, dan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan laki-laki, namun penelitian masih lebih cenderung memperlakukan laki-laki sebagai acuan.

Perempuan juga memiliki lebih banyak reseptor nyeri dan ambang batas aktivasi nyeri yang lebih rendah, membuat mereka lebih sensitif terhadap pemicu sakit kepala seperti cahaya, stres, kurang tidur, dan pola makan. Terlebih lagi, perempuan cenderung diabaikan ketika melaporkan kondisi migrain mereka, dan seringkali diresepkan obat yang tidak tepat. Meskipun pada laki-laki, migrain cenderung meningkat di awal usia 20-an dan kemudian melambat, penyebab dan faktor lain yang mempengaruhi kondisi migrain masih belum dipahami sepenuhnya.

Faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup mungkin juga berdampak pada kondisi migrain yang dialami oleh perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, penting untuk lebih memahami gejala migrain yang dialami, terutama pada perempuan, agar perawatan yang diberikan tepat dan efektif. Semakin banyak informasi dan pemahaman yang diperoleh mengenai migrain, semakin baik pula penanganan dan manajemen kondisi tersebut dapat dilakukan.

Source link

Exit mobile version