Menyesuaikan Gaya Hidup Sehat: Tinjauan Orang Indonesia

Ray Wagiu Basrowi, seorang peneliti Kedokteran Komunitas, mencatat bahwa perilaku masyarakat Indonesia masih bertentangan dengan konsep gaya hidup sehat yang sebenarnya. Meskipun banyak yang sudah paham berbagai ilmu kesehatan, namun mereka enggan mengaplikasikannya dengan teratur. Sebagai contoh, banyak ibu hamil yang menyadari pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayi, namun menghadapi tantangan ketika harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan. Tantangan tersebut antara lain sulitnya mendapatkan izin dari atasan untuk memompa ASI, kesibukan dalam pekerjaan, dan kurangnya ruang laktasi.

Kegiatan menyusui menjadi faktor utama dalam pemberian gizi anak, termasuk dalam mencegah stunting yang menjadi isu penting di Indonesia. Ray menyoroti pentingnya dukungan lingkungan dalam mendukung keyakinan pribadi seseorang dalam menerapkan gaya hidup sehat. Pemerintah daerah dan perusahaan dapat membantu dengan memberikan kebijakan yang inklusif, seperti memberikan cuti melahirkan yang lebih lama.

Dampak dari ketidaksesuaian perilaku masyarakat Indonesia terhadap gaya hidup sehat dapat berdampak nasional, termasuk dalam penanganan stunting dan berbagai program kesehatan lainnya. Investasi jangka panjang dalam kesehatan, meskipun tidak langsung terlihat, akan memberikan manfaat yang signifikan di masa depan. Ray menekankan pentingnya penerapan Health Belief Model dalam strategi komunikasi dan program kesehatan agar efektif.

Nila F Moeloek, Menteri Kesehatan 2014-2019, menyoroti tantangan dalam memberikan intervensi kesehatan kepada masyarakat Indonesia yang beragam suku dan budayanya. Kampanye kesehatan perlu memperhatikan kedekatan budaya masyarakat untuk lebih efektif. Selain itu, lingkungan yang mendukung dan komunikasi yang efektif juga merupakan faktor penting dalam mendorong masyarakat untuk mengikuti gaya hidup sehat.

Source link

Exit mobile version