Portal Berita dari portalmetrotv berisi kumpulan berita online terbaik di indonesia
Berita  

Penafsiran Budaya sebagai Faktor Penyebab Kekerasan terhadap Perempuan

Penafsiran Budaya sebagai Faktor Penyebab Kekerasan terhadap Perempuan

Umat Islam Indonesia perlu menginterpretasikan kembali Alquran agar perempuan mendapatkan tempat yang sesuai. Masalah budaya dan interpretasi tidak dapat dipisahkan dalam pemahaman terhadap agama.

Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. KH. Nasruddin Umar, mengatakan bahwa budaya dan tafsir sempit terhadap peran perempuan dalam kehidupan menjadi salah satu penyebab kekerasan terhadap perempuan. Meskipun Indonesia sudah memiliki 13 undang-undang yang bertujuan melindungi perempuan, seperti UU No. 23 tahun 2014 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), masih terjadi diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan.

Oleh karena itu, umat Islam Indonesia perlu menginterpretasikan ulang Alquran agar perempuan ditempatkan sesuai dengan hak dan perannya. Masalah budaya dan tafsir tidak bisa dipisahkan dalam pemahaman agama.

Sebagai contoh, semua agama besar seperti Yahudi, Kristen, dan Islam lahir di wilayah kontinental yang memiliki budaya sendiri. Ketika Islam hadir di Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan, budaya tersebut juga ikut masuk ke Indonesia yang memiliki budaya sendiri. Hal ini membuat orang awam sulit membedakan antara ajaran Islam dan budaya Arab.

Selain budaya, persoalan kedua adalah tafsir Alquran. Dalam menafsirkan Alquran, siapa yang menafsirkan, budaya asal ahli tafsir, dan masalah bahasa akan mempengaruhi hasil akhir tafsiran. Oleh karena itu, perlu membaca ulang Alquran.

Rektor Unej, Iwan Taruna, menjelaskan bahwa kegiatan pameran ICoGeF pertama ini merupakan jawaban atas tantangan bagi PSG Universitas Jember untuk mengadakan kegiatan akademik tingkat nasional bahkan internasional. Sebagai negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar, Unej berpartisipasi dalam mendukung peran serta perempuan dalam berbagai bidang. Semoga kegiatan ini dapat menghasilkan rekomendasi dan membangun kerjasama antarpelaku riset dan pegiat kajian perempuan.

Ketua PSG Unej, Linda Dwi Eriyanti, melaporkan bahwa sebanyak 156 pembicara akan menyampaikan gagasan selama dua hari konferensi internasional pada 21-22 Oktober 2023. Seminar ini dihadiri oleh peneliti, dosen, dan pegiat kajian perempuan dari perguruan tinggi di Jember, Makassar, Yogyakarta, Madura, serta LSM dan perwakilan dari Polres Jember dan Pemkab Jember.

Pusat Studi Gender (PSG) Universitas Jember (Unej) menggelar kegiatan “The First International Conference on Gender and Feminism” (ICoGeF) 2023 dengan menghadirkan beberapa narasumber dari dalam dan luar negeri. Prof. Nasruddin Umar menjadi pembicara utama dalam kegiatan ini, serta hadir pula Prof. Etin Anwar dari Hobart and Williams Smith Colleges Amerika Serikat, Onanong Thippimol Thammasat University, Thailand, dan R. Laksmi Priya CEO Pachiderm Thales, India.

Sumber: ANTARA News